Robert Raikes memulai percobaannya pada bulan Juli, 1780. Sekolah Minggu pertama bertempat di dapur Ny. Meredith. Ia membayar Ny. Meredith satu shilling sehari untuk memimpin sebuah sekolah di rumahnya. Ny. Meredith mulai dengan murid laki-laki saja dan mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh anak-anak laki-laki yang usianya lebih tua, yang nantinya membimbing anak-anak yang lebih muda.
Beberapa bulan kemudian, ia membuka sebuah Sekolah Minggu lagi di rumah Ny. King dan Ny. Mary Critchley yang menjadi guru.
Robert Raikes menulis empat buku pegangan, yang ia cetak di percetakan miliknya. Buku-buku itu dicetak sebesar surat kabar, di pegang di depan kelas untuk dibaca para murid.
Acara:
Anak-anak usia 6-14 tahun datang dalam keadaan bersih dan rapi. Mereka belajar dari pk. 10.00-12.00. Lalu pk 13.00 ke gereja, dilanjutkan pelajaran agama pk. 14.00-17.00, kemudian mereka pulang.
Syarat:
Rapi dan taat. Murid-murid yang berkelakuan baik diberi hadiah Alkitab, kitab jilidan Alkitab, buku-buku, mainan, baju, sisir, dan lainnya.
Pelajaran:
Mereka belajar Alkitab, membaca dan menulis. Alkitab sebagai buku pelajaran di sekolah Minggu, merupakan perantara dasar untuk membentuk karakter seseorang dan memperbaiki keadaan masyarakat.
Hasil:
Penjara kosong dan pendidikan agama ini berhasil memperbaiki keadaan masyarakat Glocester yang berada dalam kemiskinan.
Setelah berjalan selama dua tahun, ia mengumumkan adanya pelayanan ini sehingga semakin meluas. Ia membuka Sekoilah Minggu di berbagai tempat miskin di Gloucester. Menggaji guru-guru wanita 1 shilling sehari. Ia membayar semua pengeluaran untuk Sekolah Minggu ini tanpa dukungan dari gereja maupun pendeta selama kurang-lebih enam tahun.
– eva kristiaman