3 Minutes Bible Storytelling – Noah
After God banished Adam and Eve from the beautiful garden, God blessed them with children, grandchildren, great grandchildren.
- They multiplied, the amount was increased, but the wickedness also increased. They thought evil, imagine evil, … evil, evil, evil, from morning to night. God was so sad, it broke His heart. God said, “I am sorry I have ever made them.” So God decided to destroy them, all the people and the animals. But Noah was different. He was a good man. He thought good, imagine good, … good,good, good, from morning to night. God was very pleased with him.
- God said to Noah, “I’ll destroy all the people and animals. Build a very big boat. Take your wife, your three sons and their wifes into the big boat. Also bring two of every kind of animals, male and female. And I will destroy all the people and animals with flood 40 days 40 night.”
- Noah did everything exactly as God asked him to do. He made a very big boat. After it finished. God brought two of every kind of animals, male and female, went into the big boat. Noah and his wife, his three sons and their wifes went into the big boat, and God shut the door.
- After seven days, God poured heavy rain 40 days 40 nights. The water increased, higher, higher and higher, over the highest mountain in the world. All the people, and animals, drowned and died
- After several months, God remembered Noah and his family and all the animals in the big boat. He caused the wind blows and the water decreased, lower, lower and lower, until the big boat landed on a mountain.
- One day Noah opened the window and he sent out a raven to know the flood condition. It flew back and forth, the water still covered the earth. Then Noah sent out a dove, it went around and back to Noah.
- Noah waited for a week, then he sent out the dove again, this time it came back in the evening. It brought a freshly picked olive leaves in it’s beak. Noah was very happy, he knew the flood would finished.
- God said to Noah to go out from the big boat, he and his family and all the animals.
- Noah was so thankful, he gave an offering to God to say thank you. God was very pleased. He blessed Noah, “Be fruitful and multiply,” and God said,
- “I promise I’ll never destroy the earth with flood again. I’ll give you a sign in the clouds. I put my rainbow in the clouds. Every time I see the rainbow in the clouds, I’ll remember my promise. Yes, I’ll always remember my promise to save the world.”
🙂 eva kristiaman
Wycliffe NSW, Australia, 3 minutes Bible Storytelling Panorama
Campsie Community Church, 27-28 September 2008
Sekolah Minggu Pertama (4)
Robert Raikes dijuluki ‘polisi angsa liar dengan rombongan pengacaunya’. Ia sendiri turun tangan untuk mengatasi kegaduhan sekolah, memukul anak-anak yang tidak taat. Namun disertai kepribadian yang agung dan luhur, memikat hati dan perhatian anak-anak. Ini suatu pembuktian bahwa anak-anak nakal dapat dididik untuk belajar.
Gerakan yang dimulai oleh Robert Raikes berkembang dengan sangat pesat dan cepat. Ada sekolah Minggu di setiap kota besar, bahkan ada kota-kota yang dengan bangga menyatakan bahwa setiap anak yang ada telah menjadi murid Sekolah Minggu.
Tahun 1811 Robert Raikes meninggal dunia, tanpa menarik perhatian. Saat itu Sekolah Minggu telah tersebar di Inggris. Pengaruhnya meluas ke seluruh dunia. Seorang ahli sejarah berkata, “Pelajaran dan pendidikan Sekolah Minggu juga memegang peranan yang besar untuk mencegah revolusi di Inggris.”
Tahun 1831`sebuah patung dibangun untuk mengingat Robert Raikes sebagai Bapak Sekolah Minggu. Pada saat itu Sekolah Minggu di Inggris telah menampung 1.250.000 anak setiap minggu, kurang lebih 25% dari jumlah penduduk.
– eva kristiaman
Sekolah Minggu Pertama (3)
Selama tiga tahun Robert Raikes menganggap semua pelayanan Sekolah Minggu yang ia lakukan sebagai eksperimen.
Pada 3 Nopember 1783, ia memuat di surat kabarnya mengenai keberhasilan tersebut. Laporan itu diturun oleh surat kabar di London. Ratusan yang mengikuti jejaknya dan memulai Sekolah Minggu. Kemudian berita mengenai Sekolah Minggu tersebut berupa sepucuk surat umum dari Robert Raikes dimuat di Gentlemen’s Magazine. Setahun kemudian sebuah artikel mengenai Sekolah Minggu tersebut dimuat di Armenian Magazine, yang diterbitkan oleh John Wesley.
Akibat:
1. Timbul perhatian masyarakat mengenai rencananya, khususnya pendidikan agama untuk anak-anak jalanan. Gerakan yang dilakukan Robert Raikes adalah gerakan yang melawan arus pada masa itu, karena gereja pada waktu itu menganggap pendidikan agama bagi orang miskin adalah sia-sia dan mencemarkan hari Sabat.
2. Banyak pihak yang mendukung gerakannya, antara lain: John dan Charles Wesley, George Whitefield, William Fox, William Wilberfore, James Hanway dan Ratu Inggris.
3. Tantangan-tantangan yang tetap banyak, dari gereja maupun dunia, antara lain:
- Organisasi ini diragukan dan dijuluki “organisasi iblis”.
- Uskup dari Canterbury mengadakan rapat dengan para uskup, untuk mencegah pelayanan Sekolah Minggu.
- Orang-orang kaya menentang pendidikan untuk orang miskin, kerena mengakibatkan penuntutan kenaikan gaji.
- Orang duniawi berpendapat bahwa Sekolah Minggu mengakhiri hiburan-hiburan duniawi.
Menghadapi semuanya itu apakah Robert Raikes patah semangat dan undur? Sama sekali tidak! Ia bahkan semakin gigih memperjuangkannya. Ia menjawab semua tantangan tersebut dengan tindakan-tindakan konkrit.
– eva kristiaman
Sekolah Minggu Pertama (2)
Robert Raikes memulai percobaannya pada bulan Juli, 1780. Sekolah Minggu pertama bertempat di dapur Ny. Meredith. Ia membayar Ny. Meredith satu shilling sehari untuk memimpin sebuah sekolah di rumahnya. Ny. Meredith mulai dengan murid laki-laki saja dan mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh anak-anak laki-laki yang usianya lebih tua, yang nantinya membimbing anak-anak yang lebih muda.
Beberapa bulan kemudian, ia membuka sebuah Sekolah Minggu lagi di rumah Ny. King dan Ny. Mary Critchley yang menjadi guru.
Robert Raikes menulis empat buku pegangan, yang ia cetak di percetakan miliknya. Buku-buku itu dicetak sebesar surat kabar, di pegang di depan kelas untuk dibaca para murid.
Acara:
Anak-anak usia 6-14 tahun datang dalam keadaan bersih dan rapi. Mereka belajar dari pk. 10.00-12.00. Lalu pk 13.00 ke gereja, dilanjutkan pelajaran agama pk. 14.00-17.00, kemudian mereka pulang.
Syarat:
Rapi dan taat. Murid-murid yang berkelakuan baik diberi hadiah Alkitab, kitab jilidan Alkitab, buku-buku, mainan, baju, sisir, dan lainnya.
Pelajaran:
Mereka belajar Alkitab, membaca dan menulis. Alkitab sebagai buku pelajaran di sekolah Minggu, merupakan perantara dasar untuk membentuk karakter seseorang dan memperbaiki keadaan masyarakat.
Hasil:
Penjara kosong dan pendidikan agama ini berhasil memperbaiki keadaan masyarakat Glocester yang berada dalam kemiskinan.
Setelah berjalan selama dua tahun, ia mengumumkan adanya pelayanan ini sehingga semakin meluas. Ia membuka Sekoilah Minggu di berbagai tempat miskin di Gloucester. Menggaji guru-guru wanita 1 shilling sehari. Ia membayar semua pengeluaran untuk Sekolah Minggu ini tanpa dukungan dari gereja maupun pendeta selama kurang-lebih enam tahun.
– eva kristiaman
Sekolah Minggu Pertama (1)
Pada usia 21 tahun, Robert Raikes (1751-1811) menjadi editor Gloucester Journal di Inggris, karena ayahnya meninggal dan ia anak tunggal. Ia adalah seorang yang cinta anak-anak.
Kota Gloucester, Inggris, berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan secara fisik, intelek maupun moralnya. Kondisi industrinya buruk, tidak ada pendidikan umum, jarang yang lulus sekolah dasar. Akibat dari situasi dan kondisi ini adalah penjara menjadi penuh.
Melihat keadaan tersebut, Robert Raikes ingin memperbaiki masyarakat. Ia banyak membantu orang miskin yang tertindas, juga membantu mengatasi orang-orang yang berbuat jahat. Tetapi ia tidak begitu berhasil mencegah kejahatan dan gagal dalam menghadapi orang dewasa. Ia menjadi yakin bahwa “kejahatan lebih baik dicegah dari pada disembuhkan.
Pada suatu hari ia diminta untuk memuat dalam surat kabarnya, mengenai anak-anak nakal, menegur para orang tua dan polisi yang lalai. Namun ia menolak.
Ketika ia mengunjungi daerah kumuh di bagian kota itu, di jalanan sekelompok anak mendorongnya dengan kasar. Ia terusik melihat betapa kasarnya mereka. Dan seorang pengamat berkata kepadanya, “If you think they are bad, you should come back on Sunday when the worst ones are off of work”. Robert Raikes memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Dari pembicaraannya dengan Pdt. Thomas Stock, di desa Ashbury, Berkshire; timbullah rencana untuk menggunakan orang awam untuk mengajarkan Firman Allah kepada anak-anak di hari yang terbaik yaitu Minggu, karena pada hari lain mereka bekerja. Mereka merencanakan untuk meraih anak-anak jalanan, bukan hanya anak-anak anggota jemaat.
– eva kristiaman